Naskah
kuno merupakan salah satu peninggalan budaya masa silam yang perlu
dilestarikan. Namun bagi kita anak bangsa, akan sulit menemukan
Naskah-Naskah kuno Nusantara secara utuh di Bumi Nusantara. Hal ini
selain minimnya kepedulian untuk mengapresiasikan dan melestarikannya,
juga dikarenakan banyak naskah kuno asal Indonesia bermukim di
mancanegara sejak ratusan tahun lalu. Pada Komunitas Batak yang
mempunyai beberapa etnis, seperti Mandailing, Simalungun, Karo, Pakpak,
Angkola serta Batak Toba di Sumatera Utara, mempunyai naskah kuno yang
ditulis pada lembaran kayu ulim yang panjang berlipat-lipat dengan tinta
mangsi yaitu hasil tampungan asap dari pembakaran kayu jeruk purut
dengan pena bulu ayam, atau campuran bahan getah sona, air tebu, dawat,
air getah unte hajor, bunga sapa, air jahe, merica serta minyak; ada
juga dari bahan lain seperti bambu sebagai pengganti kertas. Naskah Kuno
inilah yang disebut PUSTAHA LAKLAK
dengan memakai aksara batak dengan tahun penulisannya tidak
diketahui.Didalam Pustaha Laklak memuat banyak aturan yang tentunya
bernorma pada kepercayaan Sipelebegu dan sebagainya yang merupakan
kepercayaan asli Orang Batak.
Kepercayaan
Orang Batak meyakini adanya Sang Ilahi dengan sebutan Debata (Naibata
menurut Dialek Simalungun, yang mungkin saja sama dengan Dewata) dengan
meyakini adanya 3 Dimensi Alam yaitu Banua Ginjang yaitu Dimensi Ilahiah
, Banua Tongah yaitu Dimensi Korelasi Insani & Makhluk Hidup
lainnya serta Banua Toru(h) yaitu Dimensi Spiritual. Ketiganya tersimbol
dalam Tondi (tonduy menurut dialek simalungun; merupakan spirit dari
pada seluruh semangat), Sahala (merupakan power dari pada seluruh
kekuatan) dan Begu ( merupakan simbol kegaiban). Pustaha Laklak banyak
memuat aturan-aturan mengenai mobilitas orang Batak masa itu; kita ambil
contoh saja mengenai Keparanormalan dan Pengobatan Tradisi.
Masyarakat Rumpun Batak, dahulu, menggunakan tulisan hanya untuk:
1. Ilmu Supranatural (Hadatuon)
2. Surat (kebanyakan bentuk surat ancaman)
3. Bagi Orang Karo, simalungun dan Angkola-Mandailing, ada ditemukan karya Sastra berbentuk Ratapan (Orang Karo menyebutnya Bilang-Bilang, Simalungun: Suman-Suman, Tangis-tangis, Angkola-Mandailing: Andung), Karya Sastra berbentuk ratapan ini biasa ditulis pada wadah bambu atau lidi tenun.
Prihal ilmu Supranatural
(Hadatuon), dalam Pustaha Laklak bisa kita kelompokkan berbagai
Ilmu-Ilmu Supranatural Batak, sebagai berikut:1. Ilmu Supranatural (Hadatuon)
2. Surat (kebanyakan bentuk surat ancaman)
3. Bagi Orang Karo, simalungun dan Angkola-Mandailing, ada ditemukan karya Sastra berbentuk Ratapan (Orang Karo menyebutnya Bilang-Bilang, Simalungun: Suman-Suman, Tangis-tangis, Angkola-Mandailing: Andung), Karya Sastra berbentuk ratapan ini biasa ditulis pada wadah bambu atau lidi tenun.
1. Pangulubalang
2. Tunggal Panaluan
3. Pamunu Tanduk
4. Pamodilan/Tembak
5. Gadam
6. Pagar
7. Sarang Timah
8. Simbora
9. Songon
10. Piluk-piluk
11. Tamba Tua
12. Dorma
13. Paranggiron
14. Porsili
15. Ambangan
16. Pamapai Ulu-ulu
17. Ramalan Perbintangan , seperti: Pormesa na Sampulu Duwa, Panggorda na Ualu, Pehu na Pitu, Pormamis na Lima, Tajom Burik, Panei na Bolon, Porhalaan, Ari Rojang, Ari na Pitu, Sitiga Bulan, Katika Johor, Pangarambui dan lain-lain
18. Ramalan memakai Binatang, seperti: Aji Nangkapiring, Manuk Gantung, Aji Payung, Porbuhitan, Gorak-gorahan Sibarobat dan lain-lain
19. Ramalan Rambu Siporhas, Panambuhi, Pormunian, Partimusan, Hariara masundung di langit, Parsopouan, Tondung, Rasiyan, dan sebagainya.
Banyak kita temukan ilmu untuk menyerang musuh dan santet. bisa dalam bentuk racun ataupun ilmu lainnya. Kita contohkan saja:
PANGULUBALANG,yaitu washilah yang dijadikan hulubalang Sang Datu (Dukun) untuk menghancurkan musuh dan mahluk gaib lainnya.Seorg anak kecil diculik, lalu diasuh oleh si Datu. Segala maunya dituruti asal bisa patuh. Pada saat yang ditentukan, kemudian sianak dikorbankan, dgn cara dimasukkan kedalam mulutnya berupa cairan timah yang mendidih. Kemudian mayatnya dipotong-potong dan dicampur dgn beberapa ramuan dan dibiarkan membusuk. Air fermentasi yang keluar dari mayat anak tadi disimpan didalam cawan, lalu sisanya dibakar untuk mendapatkan abunya. Untuk memanggil Sianak yang sudah dikorbankan tadi, disiapkanlah patung. Patung inilah yg disebut Pangulubalang. Patung ini berfungsi untuk penolak bala, sedang datu bisa memanfaatkannya untuk disuruh menyerang musuh, berupa santet.
TUNGGAL PANALUAN,berupa tongkat sakti yang dimiliki Datu-datu Batak, diyakini bahwa tongkat ini hidup dan bisa disuruh.
PAMUNU/PEMBUNUH TANDUK,ilmu yg berfungsi untuk menetralkan ilmu kiriman lawan. bisa juga digunakan untuk menyerang musuh. ini berupa tanduk.
PAMODILAN/TEMBAK,adalah ilmu yg digunakan untuk menembak musuh baik dengan menggunakan senjata (bodil) maupun dengan syarat atau tabas-tabas (mantra) tanpa menggunakan senjata.
GADAM,ilmu racun sehingga kulit musuh akan seperti penderita kusta.
PAGAR (PENOLAK BALA),Okultisme
Batak ini, dibuat dari berbagai bahan dengan waktu dan cara
pembuatannya yg sangat mengikuti prosesi ritual. Biasanya menggunakan
ayam, lalu bahan dibawa ke tempat yang dianggap keramat (sombaon,
sinumbah).
Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuat ramuan Pagar ini. Ramuan ditumbuk halus seperti pasta atau bubuk yg disimpan dalam Naga Morsarang (tanduk kerbau yg berukir).
“Pagar hami so hona begu so hona aji ni halak”, ini contoh tabas (mantra) yang digunakan.
Penggunaan penolak bala ini, biasanya diberikan pada pasien perorangan ataupun kolektif, seperti; Pagar Panganon (Ilmu tolak bala berupa makanan yg wajib dimakan pasien), Pagar Sihuntion (dijunjung atau digantung oleh perempuan hamil), Pagar ni halang ulu modom ( Digantung didekat tempat tidur org yg sakit), Pagar Sada bagas (Tolak bala sekeluarga), Pagar Sada huta (Ruwatan Kampung).
AZIMAT,Dulu
Orang Batak akan lebih ‘pede’ jika pakai jimat. Kontribusi Aceh, Melayu
Sumatera Timur dan Minangkabau sangat besar terhadap keberadaan jimat
bagi Orang Batak. Simbora adalah azimat asli Batak yang terbuat dari
timah hitam.Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuat ramuan Pagar ini. Ramuan ditumbuk halus seperti pasta atau bubuk yg disimpan dalam Naga Morsarang (tanduk kerbau yg berukir).
“Pagar hami so hona begu so hona aji ni halak”, ini contoh tabas (mantra) yang digunakan.
Penggunaan penolak bala ini, biasanya diberikan pada pasien perorangan ataupun kolektif, seperti; Pagar Panganon (Ilmu tolak bala berupa makanan yg wajib dimakan pasien), Pagar Sihuntion (dijunjung atau digantung oleh perempuan hamil), Pagar ni halang ulu modom ( Digantung didekat tempat tidur org yg sakit), Pagar Sada bagas (Tolak bala sekeluarga), Pagar Sada huta (Ruwatan Kampung).
Selain itu, kita temukan juga azimat dari gigi binatang; seperti harimau, beruang. Ada juga jimat agar tidak mempan peluru yg biasa terbuat dari tulang kerbau yg dirajahi; azimat ini disebut Sarang Bodil atau Sarang Tima.
SONGON/POHUNG/PILUK-PILUK,
Adalah sejenis patung (gana-gana) yang diletakkan di ladang untuk melindungi dari pencuri.
“Surung ma ho Batara Pangulubalang ni pohungku, ama ni pungpung jari-jari, ina ni pungpung jari-jari, Batara si pungpung jari. Surung pamungpung ma jari-jari ni sitangko sinuanku onon, surung bunu”, ini adalah mantra (tabas) Pohung agar pencuri menjadi lumpuh jari-jarinya, bahkan mati.
Dalam
kajian saya mengenai Pustaha Laklak Simalungun, sebagian besar membahas
dunia metafisis ala Simalungun seperti Tabas-tabas (mantera - mantera),
Takkal ni Bisa ( Penawar Racun/santet dan tata cara meracun/santet),
Pulungan (Jamu-jamuan), Panjahaion Ompak ni Ipon (Pelajaran Memprediksi
dgn serpihan gigi), Panjahaion Parsopoan (Pelajaran Fengshui ala
simalungun), Rajah, hari baik dan sebagainya.
Disini saya menukil hanya sekelumit contoh tentang isi Pustaha Laklak simalungun, misalnya:
1. Tentang Fengshui:
“Jaha
sopo iholang-holang batang-batang sada, janah abing reben i desa otara
Rohma naosuman bani oppungni sopou, matean oppung ni sopo ale amang
datu.
Jaha sopou ipajongjong bani suhi-suhi dalan nabolon topat bani topi dalan, rohma nasosuman bani oppunganni sopou inon. Buei marsilaosan begu monggop bani sopou inon, matean oppungni sopou inon”.
Jaha sopou ipajongjong bani suhi-suhi dalan nabolon topat bani topi dalan, rohma nasosuman bani oppunganni sopou inon. Buei marsilaosan begu monggop bani sopou inon, matean oppungni sopou inon”.
kira-kira bermakna:
“Jika sebuah bangunan didirikan diapit balok besar, satu diantara balok terletak pada kemiringan disebelah utara bangunan, pemiliknya tidak akan berhoki.
Jika bangunan ditepi jalan raya pada posisi sudut jalan umum, maka pemilik akan ditimpa musibah karena banyak dilintasi energi negatif”.
“Jika sebuah bangunan didirikan diapit balok besar, satu diantara balok terletak pada kemiringan disebelah utara bangunan, pemiliknya tidak akan berhoki.
Jika bangunan ditepi jalan raya pada posisi sudut jalan umum, maka pemilik akan ditimpa musibah karena banyak dilintasi energi negatif”.
2. Tentang Santet:
Memakai
bahan kulit Harimau, Tanah Kuburan dari Pusara yg baru satu hari, kulit
Musang, Tali Pengikat Senjata Tajam, Buah Enau yg berjatuhan dan Pucuk
kain Pangulu Balang.
semua Bahan disatukan dan dimasukkan kedalam Labu Muda sebagian, dan sebagian disatukan dengan kulit Harimau serta sebagian untuk bahan taburan. Lalu Manterai dan kemudian disemburkan pada bahan kulit Harimau dan Labu Muda:
“surung maho botara ni pangulu balang nina gurunghu, pangulu balang ni pagar pangorom, amani si porhas manoro, inani si porhas manoro botara porhas manoro, surung porhas manoro dihosah ni musuhu…., surung bunuh ni…..surung ma ho botara pangulu balang nina gurunghu”
semua Bahan disatukan dan dimasukkan kedalam Labu Muda sebagian, dan sebagian disatukan dengan kulit Harimau serta sebagian untuk bahan taburan. Lalu Manterai dan kemudian disemburkan pada bahan kulit Harimau dan Labu Muda:
“surung maho botara ni pangulu balang nina gurunghu, pangulu balang ni pagar pangorom, amani si porhas manoro, inani si porhas manoro botara porhas manoro, surung porhas manoro dihosah ni musuhu…., surung bunuh ni…..surung ma ho botara pangulu balang nina gurunghu”
3. Tentang Pelet:
Salah
satu cara pelet dengan ramuan yaitu menggunakan bahan yang melekat pada
kayu, yang melekat pada batu, yang melekat di pohon enau, pada lumpang,
serta segala sesuatu yang bersifat lengket. Seluruh bahan digiling
halus.
Pustaha
Laklak memakai bahasa dan Aksara Batak. Aksara Batak yang mempunyai
ciri-ciri tersendiri antara Batak Toba, Simalungun, Karo, Pakpak,
Mandailing/Angkola (di Simalungun disebut Puang ni Surat Sapuluh Siah
krn berjumlah 19 huruf) seperti gambar diatas tampak 19 huruf Simalungun
itu yaitu:
A, Ha, Ba, Pa, Na, Wa, Ga, Ja, Da, Ra, Ma, Ta, Sa, Ya, Nga, La, I, U dan Nya.
Untuk
membentuk menjadi satu kata, terkadang dibutuhkan pangolat ( anak huruf
sebagai tanda baca), seperti dlm contoh: kata “Ki Sawung”, dibutuhkan
huruf Ha (bs bermakna Ka), huruf Sa, Wa dan Nga. Huruf Ha diberi anak
huruf agar berbunyi Ki, Sa tetap, huruf Wa dan Nga diberi anak huruf
kemudian di gabungkan karena bersuku kata sama sehingga berbunyi WUNG.
Dalam sebuah Pustaha laklak Simalungun, ada Tabas (mantra) yang menggunakan Bahasa Huruf, begini bunyi mantranya:
“A,
Ha, Ba, Pa, Na, Wa, Ga, Ja, Da, Ra, Ma, Ta, Sa, Ya, Nga, La, I, U, Nya,
harannya hita sabapa sainang sanawa, nini pormula jadi ni surat sapulu
siyah, samula, sumili yah na ho begu, sumala sumili, yah ho aji ni
halak. Borkat ma hamu Guru Sinalisi, na miyan Naibata diyatas, borkat
mahamu Guru Siniyaman, na miyan Naibata ditongah, borkat ma hamu Guru
Mangontang Dunia, na miyan Naibata ditoruh, harannya ham na mampogang
hanami manusiya, pogang begu, pogang aji ni halak, iya ma tuwanku
jungjunganku”.
Mantera ini untuk menjauhkan kejahatan dan guna-guna.
Diyakini,
Aksara Simalungun ini memiliki pemimpin-pemimpin gaib, dalam pustaha
laklak diterangkan nama - nama pemimpin2 gaibnya yaitu:
RAJA
I DABIYA, TUAN DIBORAKU, ASAL NABU, SITUNAGORI, TUWAN NABI ALLI, ALAM
SADIYA, ALAM SADIA SAH, ALAM JAHARI, TUWAN MARJANDIHI, RAJA SIPORAT
NANGGAR, RAJA ENDAH DUNIYA, RAJA DI PUSUK SUNGEI, TUWAN NABI ALI
MUHAMMAD, TUWAN SI NAHAR NANGKIR, OMPUNG ANGLAH TAALA, PUWANG AJI
BORAIL.
Bagi murid-murid
yang belajar dunia spiritual Simalungun, dianjurkan untuk menghormati
pimpinan-pimpinan gaib dari abjad diatas, dengan ritual khusus yg
menyediakan sesaji berupa Ayam Merah yang disusun diatas daun dan
diletakkan di tikar yang masih baru, sira pege yaitu cocolan garam, lada
dan jahe 7 iris, bunga kembang sepatu 7 tangkai. Semua bahan ini
dilingkari dengan benang putih. Masih dalam pustaha laklak, bahan diatas
dilengkapi dengan nira, air, rudang, minyak saloh, beras sangrai yang
dibuat tepung, 19 lembar sirih, kue nitak (tepung beras dicampur gula
aren) serta huruf-huruf yang telah disediakan.
Seluruh murid mengelilingi tikar tempat sesaji dan huruf yang diletakkan, lalu sang guru membacai mantra:“Borkat ma hamu RAJA I DABIYA, Borkat ma hamu TUAN DIBORAKU, Borkat ma hamu ASAL NABU, Borkat ma hamu SITUNAGORI, Borkat ma hamu TUWAN NABI ALLI, Borkat ma hamu si ALAM SADIYA, Borkat ma hamu si ALAM SADIA SAH, Borkat ma hamu si ALAM JAHARI, Borkat ma hamu TUWAN MARJANDIHI, Borkat ma hamu RAJA SIPORAT NANGGAR, Borkat ma hamu RAJA ENDAH DUNIYA, Borkat ma hamu RAJA DI PUSUK SUNGEI, Borkat ma hamu TUWAN NABI ALI MUHAMMAD, Borkat ma hamu TUWAN SI NAHAR NANGKIR, Borkat ma hamu OMPUNG ANGLAH TAALA, Borkat ma hamu PUWANG AJI BORAIL, harannya ham Puwang ni Surat Sapuluh Siyah, na mannaikhon hosah, iya Tuwanku Jungjunganku” .
Lalu
murid disuruh memilih huruf yang disukainya secara intuitif. huruf
inilah yang bisa dijadikannya sebagai washilah berupa jimat dan
sebagainya untuk menyatukan diri dengan alam gaib. huruf yang dipilih
bisa di jadikan mantra handalan. Dalam Pustaha Laklak, ada beberapa
mantra yang digunakan dengan membaca huruf yang dipilih tadi, membacanya
dengan mandoding yaitu bersenandung; misalnya untuk Pagar Pertahanan.
Di
dalam pustaha laklak juga banyak memuat rajah-rajah untuk kepentingan
ritual supranatural. di gambar atas ada beberapa contoh rajah yang bisa
dipergunakan, yaitu: pada gambar (a), (b) & (c) adalah merupakan
rajah pulungan ni bulung-bulung tawar atau ramuan daun-daun tawar yang
saya kutip dari Pustaha Laklak Simalungun. Rajah (a) berfungsi untuk
menyerang paranormal yang membuat seseorang lama berumah tangga, Rajah
(b) untuk meminta bantuan gaib Tuan Sordibanua, Rajah (c) ditulis di
daun kincung untuk penghukum dan sekaligus bisa untuk pengasih, sedang
Rajah (d) yang saya kutip dari Pustaha Laklak Simalungun adalah
berfungsi untuk santet.
Rajah-rajah
dalam Pustaha Laklak, merupakan ornamen indah bergaya Batak, namun ada
juga pengaruh kebudayaan non-Batak, seperti unsur Melayu-Islam. Coba
kita amati beberapa Rajah Simalungun berikut, yang saya ambil dari
sebuah Pustaha Laklak Simalungun:
Disamping
memuat hal ikhwal Supranatural dan pengobatan, Pustaha Laklak juga
memuat hal lain; seperti Pustaha simalungun “Parpadanan na Bolag” yang
mengisahkan asal usul marga Damanik sebagai Penguasa Dinasti Nagur.
Pustaha ini mungkin saja ditulis oleh pejabat kerajaan atau bisa saja
ditulis orang luar kerajaan pada masa atau akhir keruntuhan kerajaan
pada penghujung abad XIV, kesemuanya bertujuan Habonaron do Bona yaitu
Kebenaranlah yang mesti ditegakkan.
0 testimonial:
Posting Komentar
Gunakan Smile yang anda ketahui untuk postingan